Brushing harder does not clean better! (Menyikat gigi dengan/secara keras tidak membuat gigi menjadi lebih bersih!)

Halo semuanya, selamat datang di blog website Palapa Dentists!

 

Menyikat gigi 2x sehari merupakan aktivitas fundamental dalam memelihara kesehatan rongga mulut. Namun, terdapat miskonsepsi mengenai cara menyikat gigi di masyarakat: “menyikat gigi dengan/secara keras dapat menghasilkan gigi yang lebih bersih”. Faktanya, menyikat gigi dengan tekanan keras justru dapat mengakibatkan permasalahan gigi lho! Yuk, kita bahas bersama-sama.

 

Tujuan dari menyikat gigi adalah untuk menghilangkan partikel makanan, plak, dan bakteri pada gigi dan gusi yang dapat menyebabkan kerusakan gigi dan penyakit gusi. Untuk itu, American Dental Association (ADA) merekomendasikan penggunaan sikat gigi berbulu lembut dan menggunakannya dengan tekanan lembut. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa hilangnya plak dipengaruhi oleh durasi dan teknik menyikat gigi dibandingkan kekuatan/kekerasan dalam menyikat gigi (Van der Weijden et al., 2021).

 

Berikut merupakan risiko dari menyikat gigi terlalu keras:

  1. Erosi & abrasi enamel: Enamel, lapisan terluar gigi, merupakan zat terkeras dalam tubuh manusia namun dapat terkikis dengan kekuatan yang berlebihan. Setelah enamel terkikis, enamel tidak dapat beregenerasi, sehingga menyebabkan peningkatan sensitivitas dan risiko gigi berlubang (Dhaynaut et al., 2020) (To et al., 2022).
  2. Resesi gusi: Menyikat gigi terlalu keras dapat menyebabkan resesi/penurunan gusi sehingga akar gigi terlihat. Paparan ini tidak hanya meningkatkan sensitivitas tetapi juga membuat akar lebih rentan terhadap karies/lubang (Marini et al., 2021).

 

Untuk mengoptimalkan kesehatan gigi, fokusnya harus pada teknik menyikat gigi yang benar, bukan pada intensitas menyikat gigi. Berikut adalah beberapa rekomendasi utama berdasarkan penelitian:

  1. Gunakan sikat gigi berbulu lembut: Bulu sikat yang lembut efektif menghilangkan plak tanpa merusak gigi dan gusi (Van der Weijden et al., 2021).
  2. Sikat selama dua menit: Memastikan setiap sisi mulut tersikat dengan cukup (Van der Weijden et al., 2021).
  3. Gerakan melingkar yang lembut: Menggunakan gerakan melingkar yang lembut daripada menggosok bolak-balik (kiri-kanan) dengan kuat akan meminimalkan risiko kerusakan pada email dan gusi (Sicca et al., 2019).

 

Sumber:

  1. Dhaynaut, M., Chate, R. A., & Solanki, N. (2020). Tooth enamel erosion: Prevention and management in general practice. British Dental Journal, 229(10), 651-656.
  2. Marini, M. G., Medeiros, J., Rosa, C., & Casarin, M. (2021). Gingival recession and tooth brushing: A comprehensive review. Journal of Clinical Periodontology, 48(5), 648-656.
  3. Sicca, C., Morris, R. D., & Addy, M. (2019). Abrasive effects of tooth brushing on dental tissues: A review. International Journal of Dental Hygiene, 17(2), 101-110.
  4. To, T. T., Huynh, P., & Phan, T. (2022). Toothbrush abrasion and its prevention: Insights from recent research. Journal of Oral Health and Dentistry, 23(4), 345-356.
  5. Van der Weijden, F., Bakker, E., & Slot, D. E. (2021). The impact of daily oral hygiene: The importance of brushing technique. Periodontology 2000, 87(1), 15-25.

 

Leave your thought